Menjamurnya
Bisnis Online Shop
I.
PENDAHULUAN
Lahirnya
modernisasi banyak merubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga
terciptanya budaya masyarakat konsumtif dalam lingkungan masyarakat kapitalis.
Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculan
sebuah kebudayaan baru yang konon
lebih fleksibel dan mudah dipahami
sebagian masyarakat.
Sebuah
istilah “Budaya Populer” dimana budaya ini mendapat dukungan dari penggunaan
perangkat teknologi tinggi, sehingga dalam penyebaran nya begitu cepat mengena
serta mendapat respon sebagian besar kalangan masyarakat.
Di
tahun 2010 berbelanja online atau
shopping online menjadi tren, Apalagi belakangan ini para konsumen online juga
semakin menghargai kenyamanan dan peningkatan keamanan yang ditawarkan para
penyedia belanja online.
Online
shop terhitung mudah dijalankan dan murah, karena tidak membutuhkan modal yang
besar. Cukup hanya dengan
website toko, foto produk serta akses internet untuk menjalankannya, bisnis
online shop ini sudah dapat berjalan.
II.
PEMBAHASAN
I.
Pengertian Budaya
Populer
Budaya
Populer atau dikenal juga sebagai budaya pop adalah totalitas ide, perspektif,
perilaku, citra dan fenomena lainnya yang dipilih oleh konsekuensi informal di dalam arus utama sebuah
budaya, khususnya oleh budaya barat.
John
Storey, dalam Cultural Theory and Popular Culture, menyatakan
bahwa budaya populer juga didefinisikan sebagai sesuatu yang “diabaikan” saat kita
telah menetapkan apa yang disebut sebagai budaya tinggi.
Budaya
Populer adalah kebudayaan yang diproduksi secara komersial dan tidak ada alasan
alasan untuk berfikir bahwa tampaknya ia akan berubah di masa yang akan datang.
II.
Sejarah Budaya Populer
Istilah
“Budaya Populer” muncul pada abad ke-19 atau lebih awal untuk merujuk pada
pendidikan dan “culturedness” pada kelas bawah. Istilah tersebut mulai
menganggap pengertian budaya kelas bawah terpisah (dan terkadang bertentangan
dengan) "pendidikan sejati" menuju akhir abad, penggunaan yang
kemudian menjadi mapan ketika periode antar perang.
Stoley
menekankan bahwa budaya populer muncul dari urbanisasi akibat revolusi
industri, yang mengedintifikasi istilah umum dengan defenisi “budaya massa”.
III.
Contoh Budaya Populer
·
Berbelanja Online
“Demam
online bukan hal baru namun, namun manfaat shopping online
lebih praktis dan cepat. Apalagi saat ini ada istilah time more valuable than
money” -Yoris Sebastian.
Kini semua hal semudah
dan secepat mengedipkan mata. Berbelanja bukan lagi hal yang melelahkan. Urusan
belanja kini tak lagi harus dilakukan di pasar nyata, di mana pembeli dan
penjual bisa bertemu langsung. Melalui kemajuan teknologi internet, proses
berbelanja pun semakin mudah dan menyenangkan. Cukup dengan ‘klik’, orang bisa
mendapat apa yang mereka inginkan.
Tahun 2010, berbelanja
online atau shopping online tetap menjadi tren. Apalagi, belakangan ini para
konsumen online juga semakin menghargai kenyamanan dan peningkatan keamanan
yang ditawarkan para penyedia belanja online.
Tak hanya memiliki
kelebihan dalam segi kemudahan saja, menurut Iqbal Maulana, 2012, 7 alasan orang
memilih melakukan belanja online atau online shop antara lain :
1.
Hemat Tenaga.
Belanja
secara online juga dapat menghemat tenaga. Tak perlu repot mengantre di kasir
pembayaran. Belum lagi jika toko yang dikunjungi ramai pembeli. Jika belanja
melalui online, anda bisa ‘melayani diri sendiri’ dengan cepat tanpa harus
menunggu waktu yang lama.
2.
Mengurangi rasa lelah.
Untuk
pergi ke mall membutuhkan tenaga ekstra untuk naik kendaraan, baik umum ataupun
pribadi. Jika berbelanja online, anda bisa berbelanja sambil bersantai di
tempat tidur atau dimanapun.
3.
Tidak repot.
Jika
berbelanja banyak, tidak perlu repot membawa kantong belanjaan yang menumpuk.
Karena jika berbelanja melalui online, hanya perlu tinggal menunggu
barang-barang yang dibeli dikirim ke rumah.
4.
Mudah membandingkan
harga.
Daripada
menyusuri mal dari satu toko ke toko yang lainnya hanya untuk membandingkan
harga baju yang diincar, lebih baik membandingkannya melalui online shopping.
Umumnya situs online shopping menjual barang yang sama dengan situs online
shopping lainnya, namun harganya bisa saja berbeda.
5.
Tidak bertatap muka.
Belanja
online memang dilakukan melalui internet, banyak orang yang memang mencari
online shop agar tidak bertatap muka kepada penjualnya, salah satunya faktor
malu .
6.
Hemat waktu.
Belanja
online juga dapat menghemat waktu tanpa harus macet-macetan di jalan. Tentu
saja bisa berbelanja hanya dengan waktu beberapa menit. Sehingga waktu tak
banyak membuang dan masih bisa melakukan aktivitas lainnya.
7.
Nyaman.
Kenyamanan
juga menjadi salah satu faktor mengapa lebih baik berbelanja secara online,
dapat berbelanja kapan saja sesuka hati meskipun tengah malam sekalipun.
Ada juga sebagian
masyarakat yang masih takut untuk melakukan belanja secara online. Sebagian
orang takut untuk membeli barang karena menganggap barang yang hanya dilihat
secara gambar masih tidak cukup sebelum dilihatnya. Sebagian lagi beranggapan
jika hanya melihat gambar, dan mengira wujudnya saja bisa jadi barang yang
dibeli tidak sesuai dengan ekspektasu atau bayangan mereka. Mereka takut merasa
kecewa atau dikecewakan dengan barang yang didapatkannya setelah melakukan
transfer sejumlah uang tertentu. Karena transaksi sebagian besar online shop
dilakukan dengan cara mengirim sejumlah uang tertentu lebih dulu kepada toko
online, baru barang dikirim.
Ø Sejarah Budaya Online
Sejarah belanja online
sebenarnya sudah ada sejak 1979, diciptakan oleh Michael Aldrich dari inggris.
Baru pada Maret 1981 sistem ini diperkenalkan kepada masyarakat oleh Thompson
Holidays. Adapun tempat untuk shopping online disebut sebagai online store atau
toko online. Sehingga toko online memiliki defenisi sebuah tempat untuk
menggelar (menampilkan, memamerkan) barang dagangan yang terhubung dengan
jaringan internet.
PENUTUP
Kesimpulan
Belanja
online merupakan budaya populer dimana proses pembelian barang atau jasa oleh
konsumen ke penjual online realtime, tanpa pelayanan dan melalui internet.
Tak
perlu harus bertemu penjual atau pembeli secara langsung, tak perlu menemukan
wujud “pasar” secara fisik, namun hanya dengan menatap layar monitor computer
atau handphone, dengan koneksi internet tersambung dapat melakukan transaksi
jual atau beli secara cepat dan nyaman.
Saat
ini masih banyak beredar penipuan berkedok online shop alias online shop fiktif.
Gambar, harga miring, diskon besar-besaran, komentar-komentar palsu yang
tertera pada toko online tersebut, belum bisa dijadikan jaminan yang cukup
untuk mempercayainya.
Daftar Pustaka
id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya_populer
blogs.unpad.ac.id/indrairawan0068/2013/06/15/budaya-massa-dan-budaya-populer/#more-261
Tidak ada komentar:
Posting Komentar