Aktifis
sebagai Komunikator Politik
Pengertian:
orang yang terjun ke dalam politik sebagai volunteer atau sukarelawan.
Menyampaikan berita ke orang.
2
jenis aktivis:
1. Juru bicara kepentingan yang
terorganisir (untuk penyambung lidah)
2. Pemuka pendapat. Fungsinya
meyakinkan, meneruskan informasi.
Kasus:
Aktivis Arief Poyuono memimpin
sebuah lembaga survey yang bernama Indonesia
Network Electronic Survei (INES) tgl 20 Pebruari 2014. iNES mengeluarkan
survey bahwa Prabowo (Gerindra) memiliki elektabilitas yang tinggi daripada
kandidat capres yang lain.
Politikus
sebagai Komunikator Politik
Dan Nimmo (1989) (ini aku gk sempet nyatet soalnya
cepet bgt mereka ngomongnya)
Politikus
: pemegang jabatan pemerintah yang tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk
2
hal berbeda berkenaan dengan sumber kejuangan menurut Daniel Katz:
1. Politikus ideolog : lebih
memperjuangkan kepentingan bersama
2. Politikus partisan : lebih
memperjuangkan kepentingan seorang atau kelompoknya saja
Para
pejabat eksekutif : presiden, menteri,
Para
pejabat legislative : ketua MPR, DPR, DPD, fraksi, anggota2
Para
pejabat yudikatif : ga sempet nyatet
Contoh
kasus:
Debat
TV One tntg gebakan masa setahun jabatan JOKOWI-AHOK apakah prestasi atau
kontroversi.
Simbolon
PDI : partisan, karna partai yang mendukungnya.
Gerindra:
memiliki kepentigan parpol
Igo
ilham : melihat secara umum
Kepemimpinan
Proses
ketika seorang individu secara konsisten
Gaya
kepemimpinan
1. Gaya otokratis
2. Gaya demokratis
3. Gaya laissez faire
Kasus
Bu
risma yang masuk ke dalam teori 1 variasi ke 2
Ketidakpastian Dalam Peran
Komunikator Politik Kontemporer
Peran mereka dalam mempengaruhi orang lain, dan
sifat-sifat mereka sebagai pemimpin politik. Menutup pembahasan “siapa” (yang
mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan akibat-akibat apa) ini
dengan memperkenalkan tiga bidang ketidakpastian dalam kegiatan komunikator
politik.
Yang pertama
berurusan dengan masalah profesionalisme. Beberapa orang sarjana dalam
tahun-tahun terakhir ini bertambah khawatir bahwa para komunikator politik
telah meninggalkan klien, pemilih, dan khalayak mereka disebabkan oleh
kesetiaan kepada nilai-nilai impersonal dan profesional. Alasan fundamental
mereka ialah bahwa profesionalisme mendukung pemerintah yang lebih baik dengan
menekankan teknik-teknik intelektual, penerapan keseluruhan pengetahuan secara
sistematis, pertanggungjawaban pribadi profesional terhadap penilaian dan
tindakan, tekanan pada pelayanan dan bukan pada keuntungan ekonomis pribadi,
dan standar etika yang jelas untuk mengukur prestasi. Tekanannya adalah pada
formalisasi dan penstrukturan hubungan pemimpin-pengikut sehingga komunikator
hanyalah “melaksanakan” rencana komunikasi-suatu pidato standar di depan
khalayak kampanye, lunak dan tidak menyatakan pendapat.
Bidang masalah kedua timbul dari karateristik para
komunikator. Ciri-ciri sosial para komunikator poitik utama jarang
merefleksikan orang kebanyakan Amerika. Prewitt, “paradoks yang rumit tentang bagaimana
pemimpin publik dapat ‘berbeda’ namun sekaligus ‘mewakili’ berbeda dalam arti
bahwa mereka tidak seperti penduduk darimana ia dipilih, namun mewakili dalam
arti bahwa ia bagaimanapun bertindak sesuai dengan yang lebih disukai oleh
rakyat itu.
Dalam beberapa hal mereka bertujuan-mereka bermaksud
mengubah kepercayaan, nilai, dan pengharapan rakyat dengan memberi informasi,
membujuk, dan menghibur. Dalam hal-hal lain motif mereka tak bertujuan-mereka
meneruskan pesan-pesan kepada rakyat tanpa maksud mempengaruhi.
Contoh Kasus
Dalam kasus BBM, SBY mempermasalahkan krisis pangan
di luar negeri sebagai alibi seakan-akan kesalahan itu di luar negeri padahal
terjadi di dalam negeri juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar