Rabu, 17 Juni 2015

Lahirnya Sosiologi Komunikasi


Lahirnya Sosiologi Komunikasi

Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, dimana Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran jerman sementara Claude Henry Saint-Simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-nama para ahli sosiologi yang beraliran Perancis.
           
Sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Talcott Parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran struktural fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian komunikasi.
           
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang disebut oleh Comte dengan ”Social Dynamic”, kesadaran Kolektif” oleh durkheim dan interaksi Sosial Oleh Marx serta ”tindakan komunikatif” dan ”teori komunikasi” oleh Habernas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam itu, maka sebenarnya gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif struktural fungsional maupun dalam perspektif konflik.

Di bawah ini kita bisa lihat aliran pemikiran dalam paradigma sosiologi komuniksi komunikasi, dimana sosiologi sendiri sebenarnya telah mengkaji maslah komunikasi secara tidak langsung dalam teori-teorinya.

Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi, sumbangan dari perspektif struktural fungsional dalam sosiologi yang diajarkan oleh Talcott Parson dalam teori sistem tindakan maupun dalam skema Agil, serta kajian Robert K. Merton tentang struktur fungsional, struktur sosial dan anomi, merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya teor-teori komunikasi di waktu-waktu berikutnya.

Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi
Sebelum memahami lebih jauh mengenai Sosiologi Komunikasi, maka perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai konsep-konsep penting yang berhubungan dengan sosiologi komunikasi adalah konsep sosiologi, masyarakat dan komunikasi. Sosiologi. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep penting yang kemudian melahirkan studi-studi integratif serta terkait satu sama lain sehingga melahirkan studi-studi interelasi yang penting untuk dibicarakan disini sekaligus sebagai ruang lingkup dalam studi-studi sosiologi komunikasi.

Sosiologi
Asal kata Sosiologi adalah berasal dari kata sofie, yaitu bercocok tanam atau bertanam, kemudian berkembang menjadi Socius (bhs. Latin) yang berarti teman, kawan. Bearkembang lagi menjadi kata social yang berartiberteman, bersama, berserikat. Kata sosial secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagao kejadian dalam masyarakatyaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu  bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. (Shadily, 1993:1-2)

Dengan kata lain menurut Hassan Shadily,   Sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya  (tidak sebagai individu yang terlepas  dari golongan atau masyarakatnya ), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkahlaku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya. (1993:2)

Pitirim Sorokin ( Soekanto, 2003: h.19) mengemukakan: sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebaginya);

hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya );

ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
Roucek dan Warren (Soekanto, 2003:h.19) mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.

William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff (Soekanto, 2003:h.19) berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.

Prof. DR. Selo Soemardjan dalam bukunya Setangkai Bunga Sosiologi mendefinisikan  bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses social, termasuk perubahan-perubahan social.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, hubungan antara masyarakat dan akibat dari hubungan tersebut. Karena sosiologi objeknya adalah masyarakat maka cakupan dari objek sosiologi itu adalah individu, kelompok, dan masyarakat. Proses hubungan inilah yang biasa disebut dengan istilah interaksi social.

Dengan melihat pengertian sosiologi  dan objek sosiologi tersebut maka dapat disimpulkan sosiologi mempunyai fungsi:
Berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat
mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat.
Sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada interaksi manusia.         

Masyarakat
Sebelum berbicara mengenai  komunikasi, maka perlu dikemukakan lebih dahulu pengertian mengenai masyarakat sebagai obyek sosiologi.

Ralph Linton (Soekanto, 2003:h.24) masyarakat merupakan sekelompok  manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai  suatu kesatuan sosial  dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas .
Selo Soemardjan  (Soekanto, 2003:h.24) menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja dua orang atau lebih, tetapi minimal adalah dua orang. Manusia tersebut hidup bersama dalam waktu cukup lama, dan akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara manusia itu, kemudian melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan, penilaian dan sebagainya. Keseluruhan itu kemudian mewujudkan adanya system komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. Dalam system hidup tersebut, maka muncullah budaya yang mengikat antara satu manusia dengan lainnya.

Komunikasi
Beberapa teori yang dikemukakan dalam buku Teori Komunikasi (Djuarsa, 1993: 19-20) antara lain dari:
Anderson: Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku.

Margarete Mead: Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan terjadi.

Barnlund: Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.

Berelson dan Steiner: Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.

Onong Uchyana : Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul  dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. (Uchyana: 2002:11).

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Contohnya kegiatanpercakapan  tatap muka, percakapan melalui telepon, surat menuyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.

Komunikasi kelompok, menfokuskan pembahasannya kepada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Bahasan teoritis meliputi dinamika kelompok, efisiensi dan efektifitas  penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan.

Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasai melibatkan bentuk0bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasannya meliputi struktur dan dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia manusia, komunikasi dan proses pengorganisasisan, serta kebudayaan organisasi.

Komuniasi sosial menurut Astrid (Bungin, 2006:32) adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana komuniksi terjadi secara langsung antar komunikator dan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari bergbagai masalah yang dibahas. Komunikasi sosial sekaligus suatu proses sosialisasi dan untuk pencapaian stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang diagungkan oleg suatu masyarakat melalui komunikasi soaisl kesadaran masyarakat dipupuk, dibina dan diperluas. Melalui komunikasi sosial, masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsesus.

Komunikasi massa menurut MC. Quil adalah komunikasi yang berlangsung pada tingkat masyarakat luas. Pada tingkat ini komuniksi dilakukan dengan menggunakan media massa.
           
Sosiologi Komunikasi
Dari konsep-konsep dan pengertian diatas tentang apa itu sosiologi, masyarakat dan apa komunikasi maka dapat kita simpulkan beberapa pengertian dari sosiologi komunikasi sebagai berikut:

Kehidupan bermasyarakat, merupakan obyek pengamatan sosiologi yang masuk dalam rumpun ilmu sosial. Sosiologi mempelajari berbagai segi kehidupan manusia yang bermasyarakat dan salah satu ruang lingkup yang diamati adalah interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat.  Inti dari interaksi sosial adalah komunikasi, karenanya muncul kekhususan dalam sosiologi yang dinamakan Sosiologi Komunikasi , yaitu ilmu yang mempelajari atau menganalisa komunikasi dari sisi sosiologis .

Sosiologi Komunikasi menurut Soerjono Soekanto (Soekanto, 2003:h.423) merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh mempengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok. Menurut Soekanto, Sosiologi Komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada public (Burhan, 2006:31)

Dari beberapa pengertian diatas maka sosiologi komunikasi merupakan kajian komunikasi dari sudut sosiologis. Sosiologi komunikasi ini membahas tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik sebagai aktivitas social dan interaksi social yang terjadi antara orang perorangan, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok  maupun proses komunikasi dan efeknya dalam kehidupan masyarakat.

Secara komprehensif Sosiologi Komunikasi mempelajari tentang interaksi social sebagai aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial dimasyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dai perubahan-perubahan yang didorong oleh media. (Burhan, 006:31)
           
Dengan demikian dalam sosiologi komunikasi ini kita akan mempelajari komunikasi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik komunikasi yang terjadi dalam masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan, komunikasi massa dan efeknya, komunikasi yang terjadi antar masyarakat yang berbeda budayanya, hubungan antara komunikasi dan perubahan social serta pembangunan bagi masyarakat, dan juga teknologi komunikasi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat dan efeknya bagi masyarakat itu sendiri.

Ranah, kompleksitas dan Objek Sosiologi Komunikasi
Ranah sosiologi Komunikasi berbeda dengan studi-studi komunikasi dan sosiologi secara keseluruhan, dengan kata lain objek sosiologi Komunikasi tidak sama dengan sosiologi secara umum dan tidak mengambil objek komunikasi secara utuh, akan tetapi sosiologi komunikasi menjembatani studi sosiologi dan studi komunikasi dimana jembatan itu dibangun berdasarkan kajian sosiologi tentang interaksi sosial. Dalam arti ketika kita membahas kasus-kasus sosiologi komunikasi, maka akan ditemukan sebuah kenyataan bahwa apa yang menjadi perhatian komunikasi juga menjadi perhatian sosiologi. Hal ini terjadi karena ranah sosiologi komunikasi adalah kajian sosiologi dan kajian komunikasi itu sendiri, yaitu individu, kelompok, masyarakat, dunia dan interaksinya




sumber : http://informasilive.blogspot.com/2013/04/lahirnya-sosiologi-komunikasi_1957.html

Gaya Hidup Menurut Teori Politik Ekonomi Marxisme


Gaya Hidup Menurut Teori Politik Ekonomi Marxisme


      Skinny Jeans ( Celana Jeans Ketat ) dan Rambut Mohawk
Celana jeans ketat atau yang biasa disebut skinny jeans awalnya berasal dari kalangan kaum punk yang mengekspresikan perlawanan terhadap suatu kemapanan. Punk juga dikenal sebagai gerakan anak muda kelas pekerja di Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan, kemerosotan moral para tokoh politik, lalu memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi.Punk dipandang sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun industri musik. Kini punk dikenal sebagai fashion, seperti potongan rambut Mohawk ala suku Indian, atau dipotong ala feathercut dan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan criminal dari kelas rendah, dan pemabuk berbahaya.

                  Keberadaan Skinny Jeans ( Celana Jeans Ketat ) dan Rambut Mohawk menurut pandangan dari teori Ekonomi Politik Marxian adalah sebagai berikut :
            Yang dimaksud dengan kelas adalah orang-orang yang memiliki posisi yang sama dalam proses produksi. Karenanya kelas adalah sesuatu yang berdiri sendri secara objektif (dalam artian dapat diobservasi dan diverifikasi) tanpa harus di hubungkan dengan kesadaran subjektif dari individu-individu yang termasuk dalam kelas itu.Tapi kelas dalam artian seperti ini tidak punya signifikasi politik apa-apa.
Dalam bagian ini kami akan membahas tentang kesadaran akan kepentingan kelas dalam kapitalis yang di bagi menjadi 3 tema :
1.    Sifat dari kesadaran kelas dan hubungan antara kesadaran kelas dengan kepentingan ekonomi.
2.    Sifat dari kesadaran kelas dalam kaitannya dengan kelas pekerja.
3.    Sifat dari kepentingan kelas dari kelas kapitalis
Berikut uraiannya :

A.    Kesadaran Kelas
Marx menetapkan dua syarat agar kesadaran kelas bisa menghasilkan agenda politik.
-          Bahwa tiapa individu didalam kelas itu dapat memandang dirinya dalam konteks yang lebih luas dan saling memahami antar kondisi situasi masing-masing dari kelas yang sama.
-          Kelas yang sudah terbentuk itu akan menerjemahkan kembali kepentingan ekonomi dalam agenda politik, sehingga mereka saling memilki ciri yang sesuai dengan kepentingan bersama bukan hanya kepentingan pribadi.

B. Kelas Pekerja
Menurut marx, kelas pekerja berada dalam masyarakat sipil, didalamnya saling hanya mementingkan diri sendiri sehingga kaum kapitalis selalu membuat para pekerja menjadi semakin serba kekurangan karena para kapitalis tidak memberikan kesempatan kepada para pekerja untuk mendapatkan keuntungan yang adil.
Dalam kapitalisme, Para pekerja melakukan pekerjaanya secara bersama-sama tapi sifat dari pekerjaan mereka menciptakan ikatan antara pekerja dari berbagai industri yang berbeda.Akibatnya di bawah kapitalis, para pekerja tidak lagi memiliki keterampilan khusus yang bias membuat bidang industri lain. Sehingga semua pekerja menjadi buruh, berdasarkan kondisi tersebut maka perkembangan kapitalis membuat kondisi objektif dari pekerja menjadi berlaku secara universal sehingga semua pekerja menjadi terlibat dalam proses kerja dan lingkungan kerja yang bersifat kolektif dan bukan lagi bersifat individu.
Maka, teor marx menggambarkan tentang proses mental perilaku kolektif (kesadaran kelas) dimana kelas proletar sudah menyadari akan ketentuan nasib mereka dan menginginkan adanya perubahan dalam kehidupan mereka.

C. Kelas Kapitalis
Kapitalis memiliki dua kepentingan,yaitu kepentingan untuk mempertahankan posisi kekayaanya dan keinginan untuk mempertahankan system sosial yang telah memberinya kesempatan untuk mengakumulasi kekayaan pribadi, kepentingan bersama ini yaitu kepentingan dari semua para kapitalis sehingga dapat dijadikan sebagai landasan bagi kapitalis untuk menyusun sebuah agenda politik .
Pada dasarnya kaum kapitalis itu hanya saling menguntungkan pribadi saja maka kaum kapitalis itu apabila menyusun agenda politik maka tujuan mereka tidak jauh dengan kepentingan diri mereka sendiri tanpa memikirkan keseluruhan masyarakat.
Jadi pendekatan - pendekatan marxis ini tetap memandang bahwa orang bias memiliki kepentingan yang berifat universal. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan utilitarian yang memandang bahwa orang akan selalu mementingkan dirinya sendiri saja.
Dalam pendekatan Marxis, kegiatan politik akan membuat sifat universal yang terkandung dalam kondisi pribadi menjadi eksplisit. Dengan begitu ekonomi menjadi berperan aktif dalam kehidupan ekonomi. Dalam teori marxis Negara dipandang sebagai tidak memiliki perana ktif dalam pembentukan masyarakat dan tidak ikut menentukan struktur sosial yang menimbulkan kepentingan pribadi,tapi Negara dianggap sebagai proses yang dapat membuat aspek universal dari kepentingan pribadi menjadi eksplisit.

Dua Mata Pisau Media: Antara Konvergensi dan Konglomerasi


Dua Mata Pisau Media: Antara Konvergensi dan Konglomerasi

            Konglomerasi media adalah isu yang hari ini paling diperbincangkan dalam kajian komunikasi dan media. Pemusatan kepemilikan media yang terdiri dari berbagai kanal informasi, berimbas pada tenggelamnya keberagaman pemberitaan yang diterima masyarakat. Hal ini pula yang menyebabkan ranah publik kita menjadi semakin sempit, bahkan bias. Berita penting dan berita tidak penting bukan lagi bergantung pada kepentingan publik, melainkan telah dirumuskan di meja redaksi untuk membentuk opini publik yang menguntungkan pemilik media tersebut.
            Konglomerasi media adalah perampasan hak warga negara sah secara serampangan. Ketika media telah bertransformasi menjadi bisnis yang menjanjikan sejak 1990-an , kecenderungan untuk mengelola media dan pemberitaannya secara sangat pragmatis jauh lebih besar daripada memikirkan idealisme dan kepentingan masyarakat banyak.
            Media menggunakan frekuensi publik—milik negara—untuk keuntungan tubuhnya sendiri. Sementara masyarakat dikhianati dengan berbagai kebohongan dan rekayasa dibalik topeng manis pemberitaan yang disuguhkan.
            Konglomerasi media sudah ada sejak zaman Soeharto berkuasa. Namun konglomerasi pada waktu itu dimaksudkan untuk memperluas ekspansi dan melindungi pekerja media dari kehilangan pekerjaan. Jika salah satu kanal perusahaan ditutup, pekerja media bisa diarahkan ke kanal lain di perusahaan yang sama. Tetapi praktik ini masih dipertahankan sampai sekarang, di zaman kebebasan pers dan media.
            Maka fenomena perkembangan media dan informasi di Indonesia beberapa tahun kebelakang adalah sebuah ironi yang disyukuri beberapa kalangan saja. Bangsa ini memang belum siap diterpa arus globalisasi. Kultur dan cara berpikir kita masih tradisionil. Tetapi globalisasi dengan cepat mengisi ruang dan waktu. Dan seperti waktu, ia tidak pernah berhenti. Hanya yang bermental gagap yang akan tergerus.
            Kemajuan teknologi mau tidak mau melahirkan ‘bayi’ baru bernama konglomerasi. Konvergensi media sebagai dampak langsung dari pesatnya teknologi lama-kelamaan menjelma menjadi konglomerasi. Ranah publik sebagai bagian dari terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan informasi dan interaksi, semakin dipersempit.
            Sebelumnya, televisi dan radio komunitas yang mengudara di daerah-daerah berfungsi dengan baik sebagai jembatan tuntutan dan kebutuhan masyarakat daerah, yang tidak bisa disajikan oleh televisi nasional. Tetapi belakangan, media-media lokal tersebut tumbang dan diakuisisi oleh perusahaan-perusahaan besar media. Konvergensi media sebagai strategi meraup keuntungan justru mengkhianati visi awal kebebasan media, yakni menegakkan demokrasi.


sumber : http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/03/14/dua-mata-pisau-media-antara-    
               konvergensi-dan-konglomerasi--542170.html